Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Monday, July 11, 2005

Megalitikum Kuantum

Inilah upaya mengangkat kembali musik tradisional sebagai seni adiluhung yang patut dibanggakan. Hari minggu lalu (10/7) lewat konser bertajuk Megalitikum Kuantum dalam rangka memperingati ulang tahun Kompas ke-40 itu, sejumlah musik tradisional di Tanah Air disuguhkan dengan adonan modern.

Bayangkan, konser ini tidak tanggung-tanggung mengusung setidaknya 120 pekerja seni--musisi, penyanyi dan penari--akan terlibat di acara tersebut. Bukan hanya beken tapi juga artis besar yang namanya jarang terdengar seperti Amiroez (ex Elpamas, penyanyi), Boy G Sakti (penata tari), Donny Suhendra (gitar), Mates (bas gitar), Indra Lesmana yang berkolaborasi dengan kelompok I Wayan Ray (Jegog Bali), juga Maya Hasan yang memainkan harpanya dengan laras nada slendro dan berkolaborasi dengan musik tradisi dari Jawa Tengah.

Megalitikum Kuantum dapat dibilang sebagai refleksi rentang perjalanan musik di tanah air, dari mulai Nias, Kalimantan, Jawa Tengah hingga Bali yang di kombinasikan dngan musik modern. Musiknya sendiri patut diacungkan jempul, Rizaldi Siagian--pakar musik entomusikologi--sebagai music director bersama Dwiki Darmawan dan komposer lainnya memang ‘niat’ menggarap musik di acara ini. Seakan masih belum cukup dengan musisi kelas berat acara ini masih didandani oleh art director kondang Jay Subiakto maka jadilah sebuah konser yang ‘Wah’.

Sayangnya penampilan KD dan Agnes Monica terasa tidak ‘pas’ bahkan cenderung mengganggu di konser yang sarat dengan ikon-ikon etnik ini. Tampilan mereka serasa tidak membaur dibandingkan dengan Candil ‘Seurieus’, Amiroez (rockers) dan Iyeth Bustami (melayu) yang tampil ‘pas’ diacara ini.

Tapi bagaimanapun konser Megalitikum Kuantum patut mendapat acungan jempol.

Selamat ultah Kompas.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Sayang sekali saya gak sempat nonton konser ini... Hanya sempat nonton yang paling akhir, yang Ketawang Puspawarna. Sangat terpesona dengan Ubiet. Waaa...

Haha, mungkin dibumbui KD dan Agnes supaya terasa "kuantum"-nya Mas...

6:00 PM  

Post a Comment

<< Home