Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Friday, September 08, 2006

Selingkuh-2

Lanjutan...

Kasus-2
Lain Fulan lain lagi Polan usianya menjelang setengah abad, ia selingkuh dengan pegawainya sendiri yang usianya dibawah separuh umurnya. “Lu kalau kencing jangan di rumah sendiri, bahaya!” Seorang kawan Polan yang juga pelaku selingkuh kawakan mengingatkannya, maksudnya kalau mau selingkuh jangan dengan kawan sekantor atau pegawai sendiri.

“Ngga lah emang gue anak kecil, cuma sekedar selingan aja kok” Seperti juga si Fulan Polanpun menyangkal kalau perasaannya terlibat. Padahal sejak pertama ia mencium si pegawai, Polan yang pada dasarnya bos temperamental jadi tambah tidak karuan. Ia sering berang dengan alasan yang tidak jelas kepada pegawai lainnya bila sang sekretaris tidak bisa menemani si bos karena harus pulang cepat. Ujung2nya suasana kantor jadi tidak nyaman ada karyawan yang dipecat, ada juga yang mengundurkan diri padahal beberapa diantaranya karyawan potensial.

Haruskah apa yang dikatakannya sebagai selingan itu mengorbankan usaha yang dibangunnya dengan susah payah?

Kasus-3
Jane Doe dikenal sebagai istri yang baik punya pekerjaan dan karir bagus dikantornya namun tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai ibu dari putri semata wayang yang berusia empat tahun. Rumah tangga yang berjalan selama hampir delapan tahun dilalui bersama suaminya dengan mulus tanpa gejolak berarti.

Suami Jane tipikal pria konservatif yang tidak neko2 kehidupan kantor dan pribadinya seperti terprogram pergi jam 8 pagi tiba dirumah jam 7 malam demikian juga keseharian sang istri. Sebagai customer service Jane banyak berinteraksi dengan relasi perusahaannya, salah satunya seorang pria flamboyant dikenal sebagai womanizer. Ketertarikan Jane dimulai ketika bersama kawan2nya satu bagian keluar makan siang bersama pria itu, ia melihat perbandingan si womanizer dan suaminya seperti bumi dan langit. Lelaki itu begitu ‘hidup’ tidak monoton.

Percikan api yang ada dipikirannya itu ternyata jadi malapetaka, bara asmara merebak dan bergejolak tanpa bisa ia padamkan. Apalagi ketika akhirnya ia menyerahkan kehormatan kepada pria itu, permainan tempat tidur si womanizer yang sangat bervariasi dibanding suaminya yang hanya 'buka, naik, selesai' membuatnya mabuk kepayang. Sialnya begitu Jane sampai di titik terdalam sang pria sudah bosan dan meninggalkannya sakit hati, rasa bersalah dan malu akan kebodohannya membuat Jane depresi berat hingga tidak dapat bekerja dan butuh waktu tahunan untuk mengembalikan dirinya.

Semahal itukah kenikmatan sesaat?
Berlanjut...