Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Friday, July 29, 2005

Aspartame

Aspartame adalah nama untuk non-carbohydrate sweetener (pemanis buatan), digunakan pada 5.000 jenis makanan dan minuman siap saji yang beredar di seluruh dunia khususnya softdrink, Aspartame juga digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetis.

Masalahnya aspartame ini di curigai mengandung racun yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya bagi orang yang mengkonsumsi secara rutin. Perang informasi antara yang pro dan kontra penggunaan Aspartame pun merebak masing-masing dengan argumentasinya.

Terlepas dari pro dan kontra atau benar tidaknya aspartame mengandung racun, yang menarik adalah proses bagaimana aspartame mendapatkan izin--sebelumnya ditolak—FDA (Food and Drug Administration)--yang sarat KKN pada saat Ronald Reagan masih berkuasa di USA.

Ternyata polisi dunia ini juga suka 'prit jigo' :)

Friday, July 22, 2005

Hemat Energi

Back to the dark age itu mungkin istilah yang tepat buat negara tercinta Indonesia, sementara negara lain di Dunia Ketiga sedang menggeliat maju menggapai masa depan yang lebih baik kita malah kembali ke jaman kegelapan.

Pasalnya kelangkaan BBM yang sedang terjadi saat ini sehingga rakyat harus berhemat energi. Berbagai langkah penghematan akan dilakukan seluruh instansi pemerintah, swasta pun dihimbau untuk melakukan hal yang sama. Akibatnya siaran TV hanya sampai jam 1.00, beberapa ruas jalan di Jakarta akan gelap dan--ini yang lucu--beberapa instansi pemerintah di daerah kembali mengoperasikan mesin ketik sebagai ganti komputer yang menggunakan listrik bahkan ada pemerintah daerah yang mempromosikan penggunaan kuda sebagai sarana transportasi.

Lagi rame-ramenya himbauan menghemat eeehh kok tega2nya anggota DPR minta naik gaji 2x lipat lagi edan bener, ternyata mahal juga ya negara bayar paduan suara yg suka menyanyikan lagu berjudul 'Setujuuu'.

Yah itulah lucu-lucuan terbaru di negeri tercinta ini.

Monday, July 11, 2005

Bandung

Dulu dari Jakarta berlibur ke Bandung adalah hal yang menyenangkan karena kita akan melihat dan merasakan sesuatu yang berbeda. Kini kalau ada orang Jakarta yang ingin berlibur ke Bandung sepertinya cukup mengherankan.

Ya, mengherankan karena Bandung tidak lagi berbeda dengan Jakarta, sama macet dan semrawutnya bahkan mungkin lebih dari Jakarta. Sebagian pelancong seperti saya yang ingin bernostalgia menikmati masa-masa indahnya Bandung di tahun 70an pasti akan kecewa melihat Bandung sekarang ini.

Ketika itu, JJS (jalan2 sore) dengan bersepeda motor sangat populer baik sekedar mengitari Dago atau berputar melalui Wastukencana kemudian menyusuri Cipaganti menuju Babakan Siliwangi dan kembali lagi ke Dago. Sebagian lagi akan berputar-putar disekitar Gedung Sate lalu melewati Jl. Riau kembali ke Dago. Dinginnya udara ditambah dengan keasrian lingkungan yang dilewati menambah nyamannya JJS.

Kalau baru terima wesel, JJS biasanya dilanjutkan dengan nonton di Panti Karya (gedung didepan BIP) dan makan soto sulung diperempatan Jl. Riau-Jl. Dago. Tengah malam ngopi2 dan makan roti bakar adalah pilihan lain di lokasi yang sama, bila masih ingin mengisi perut tak jauh dari roti bakar warung ayam goreng/bakar Aep siap melayani.

Itulah sebagian kenyamanan Bandung saat itu yang tidak dapat lagi dinikmati sekarang ini. Perubahan memang tak dapat dibendung tapi apakah keasrian lingkungan harus menjadi korban?

Hanya satu yang tidak pernah berubah dan dilindas jaman…kecantikan mojang2 Bandung :)

Megalitikum Kuantum

Inilah upaya mengangkat kembali musik tradisional sebagai seni adiluhung yang patut dibanggakan. Hari minggu lalu (10/7) lewat konser bertajuk Megalitikum Kuantum dalam rangka memperingati ulang tahun Kompas ke-40 itu, sejumlah musik tradisional di Tanah Air disuguhkan dengan adonan modern.

Bayangkan, konser ini tidak tanggung-tanggung mengusung setidaknya 120 pekerja seni--musisi, penyanyi dan penari--akan terlibat di acara tersebut. Bukan hanya beken tapi juga artis besar yang namanya jarang terdengar seperti Amiroez (ex Elpamas, penyanyi), Boy G Sakti (penata tari), Donny Suhendra (gitar), Mates (bas gitar), Indra Lesmana yang berkolaborasi dengan kelompok I Wayan Ray (Jegog Bali), juga Maya Hasan yang memainkan harpanya dengan laras nada slendro dan berkolaborasi dengan musik tradisi dari Jawa Tengah.

Megalitikum Kuantum dapat dibilang sebagai refleksi rentang perjalanan musik di tanah air, dari mulai Nias, Kalimantan, Jawa Tengah hingga Bali yang di kombinasikan dngan musik modern. Musiknya sendiri patut diacungkan jempul, Rizaldi Siagian--pakar musik entomusikologi--sebagai music director bersama Dwiki Darmawan dan komposer lainnya memang ‘niat’ menggarap musik di acara ini. Seakan masih belum cukup dengan musisi kelas berat acara ini masih didandani oleh art director kondang Jay Subiakto maka jadilah sebuah konser yang ‘Wah’.

Sayangnya penampilan KD dan Agnes Monica terasa tidak ‘pas’ bahkan cenderung mengganggu di konser yang sarat dengan ikon-ikon etnik ini. Tampilan mereka serasa tidak membaur dibandingkan dengan Candil ‘Seurieus’, Amiroez (rockers) dan Iyeth Bustami (melayu) yang tampil ‘pas’ diacara ini.

Tapi bagaimanapun konser Megalitikum Kuantum patut mendapat acungan jempol.

Selamat ultah Kompas.