Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Tuesday, November 15, 2005

Dua Sisi

Ottmar Liebert dan Chris Spheeris, dua gitaris akustik kondang dengan dua warna berbeda kutub. Kalau Ottmar membawa saya pada eksplorasi imaginative sexual sementara alunan musik Spheeris seakan membawa saya kepada suasana yang syahdu dan ke alam yang sangat sulit dilukiskan keindahannya.

Kadang lagu Sheeris memberikan nuansa dan ketenangan kutub utara, bongkahan2 es raksasa yang sangat dingin menjadi indah dan sejuk diselingi tingkah polah satwa2 lautnya yang unik. Lagu lainnya membuat saya seakan-akan berada di padang savanah berkabut tipis yang ditumbuhi satu dua pohon2 besar, keindahan yang hanya ada di alam hayal. Sementara Field of Tears dan Andalu benar2 menghanyutkan saya pada suasana yang begitu senyap dan syahdu, tak jarang lagu2nya begitu etnikal dan mistikal.


Sungguh karya2 yang luar biasa, saya merasa sangat beruntung dapat hanyut dalam musik dua musisi besar ini hingga dapat mengeksplorasi dua sisi hayal saya.

Saturday, November 05, 2005

Musik & Birahi

Kita semua tahu kalau musik dapat membawa pada suasana tertentu, kadang romantis, sedih atau gembira. Tapi menciptakan suasana birahi? Mungkin hanya beberapa gelintir saja yang pernah mengalaminya.

Beberapa waktu lalu saya sempat menonton di O-Chanel pegelaran musik Ottmar Liebert & Luna Negra yang segera saja mengingatkan pada masa lalu. Ketika itu, entah kenapa, setiap memutar CD Ottmar (Euphoria) fantasi ‘nakal’ selalu saja menyelinap dalam kepala. Begitu gitar akustik Ottmar mengalun langsung imagenary girl yang saya beri nama Nita muncul dikepala.


Kulit putih, mimik muka yang menggoda dan tubuhnya yang semampai mulai meliuk-liuk mengikuti irama musik. Pakaian yang digunakannya hanya sepotong baju pria yang kedodoran di tubuhnya, tapi justru dengan pakaian seperti itu malah menonjolkan lekak-lekuk tubuhnya saat berlenggak-lenggok. Dengan sangat perlahan serta gerakan yang mendebarkan Nita mulai melepaskan kancing bajunya satu persatu dst, dst, dst.

Tidak tahan, lalu sayapun mengambil telepon membuka address book dan mulai menelpon siapa2 saja yang available saat itu. Apakah pengaruh petikan gitar Ottmar yang bergaya flamenco terdengar begitu sexy atau musiknya yang membuat trance? Atau memang saya yang selalu ‘piktor’ ketika itu?

Entahlah, one thing for sure she was the best ;)