Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Monday, January 31, 2005

Mabuk


Entah berasal darimana kata mabuk itu tapi kalau disimak mungkin artinya tidak karuan akibat mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan, mabuk cinta, mabuk laut, mabuk harta dan mabuk minuman atau mabuk-mabuk lainnya. Intinya mabuk itu itu adalah sesuatu yang menyebabkan fisik dan perasaan menjadi tidak karuan.

Tapi buat sementara orang, mabuk itu malah membuat mereka dapat mencapai titik kreatifitas yang maksimal, mungkinkah? Entah, coba tanyakan kepada Janis Joplin, Brian Jones, Jim Morison dan Kurt Cobain dan sebagian seniman yang dapat menciptakan karya-karya luar biasa pada saat mereka sedang mabuk, entah itu mabuk cinta atau mabuk minuman (setengah mabuk persisnya kalau minuman). Mungkin saat sedang high perasaan mereka menjadi tajam dan peka menyimak keadaan yang dirasakan lalu menuangkannya dalam bentuk karya seni yang melegenda.

Sedikit cerita tentang mabuk. Seorang kawan, sebut saja si Fulan, yang baru saja di putuskan oleh kekasihnya sedang melakukan pdkt kepada seorang gadis. Herannya si gadis menerima saja si Fulan padahal dia baru saja menjalin hubungan dengan si Polan yang juga kenalan si Fulan (Huh! dasar perempuan). Merasa bahagia pdkt-nya disambut si Fulan bikin pesta kecil-kecilan di salah satu suite room hotel bintang lima (tajir rupanya si Fulan, no wonder). Tentu saja si Fulan mengundang si Polan ke pesta itu, disinilah munculnya drama mabuk itu. Si Polan kaget begitu juga si Fulan setelah tahu keadaan sesungguhnya, tapi sebagai orang yang beadab dan tidak ingin dibilang lelaki norak mereka berdua berlagak cool sehingga tidak terjadi keributan.

Perasaan yang dipendam itu dilampiaskan ke minuman keras (miras), ketika si gadis bicara dengan si Fulan, si Polan pun menenggak miras sebanyak-banyaknya menghilangkan nervous dan cemburu, begitu juga sebaliknya si Fulan. Alhasil mereka berdua menenggak miras melebihi takaran dan akibatnya dapat diduga keduanya mabuk berat, si Fulan yang umurnya satu setengah kali diatas si Polan tentunya menderita paling parah, ia sampai harus digotong kedalam kamar akibat mabuknya.

Akhirnya salah satu bait lagu dangdut jadi pas buat si Fulan...Putus lagi, mabuk lagi.

Huh dasar lelaki bodoh!!!

Saturday, January 29, 2005

The Lost Child


Tiada kepedihan yang lebih parah daripada direnggutnya kebahagian masa kecil seorang anak oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab. Akibat kelakuan para orang tua yang egois tak jarang anak-anak tumbuh dengan luka psikis yang berkepanjangan.

Kepedihan yang diderita anak-anak itu, tidak jarang membuat mereka tumbuh menjadi individu yang destructive terhadap dirinya sendiri maupun sekelilingnya dan itu dianggap bukan sebagai sesuatu yang salah. Mereka punya pembenaran untuk melakukannya.


"Itu bukan salah saya"

Alam bawah sadar mereka menyalahkan siapa saja yang dianggap bertanggung jawab sebagai penyebabnya apakah itu orang tua, lingkungan bahkan Tuhan yang dianggap menelantarkan mereka. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian mengambil jalan pintas...bunuh diri! Salahkah mereka?

"Itu bukan salah saya"

Jawaban itu yang kira-kira akan tertera pada catatan bunuh diri. Akhhh...seandainya ada jalan mudah yang dapat mengobati kepedihan mereka, sayangnya untuk yang satu ini tidak pernah semudah yang kita bayangkan dan pikirkan. Antara 'itu bukan salah saya' , 'itu salah saya' atau pertanyaan lainnya selalu berputar dikepala mereka dan lag-lagi berakhir dengan:

"Itu bukan salah saya"

Jadi salah siapa? Orang tua, lingkungan atau Tuhan? Entahlah, mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabannya kenapa anak-anak tidak berdosa itu harus menjadi korban kegilaan orang tua yang seyogianya memberikan kehangatan, perlindungan dan kebahagiaan dalam kehidupan mereka bukan malah sebaliknya.

One more night to bear this nightmare.
What more do I have to say.
Crying for me was never worth a tear.
My lonely soul is only filled with fear.
(Tuomas Holopainen)

Bertahanlah kawan, kamu tidak sendiri...seize the world.


Tuesday, January 25, 2005

Blues & Dangdut


Tak sama tapi serupa, mungkin itu gambaran yang pas untuk musik Blues dan musik Dangdut. Tak sama, jelas jenis musiknya berbeda, serupa, simak lirik-liriknya. Kedua jenis musik itu sama-sama menjual kepedihan, well ok ada satu-dua yang lain tapi pada umumnya derita dan kesedihan jadi menu utama. Mungkin karena kedua jenis musik itu berangkat dari kalangan grass root yang umumnya tertindas, blues berangkat dari jaman perbudakan kaum minoritas 'hitam' Amerika yang sangat tertindas, sementara dangdut berangkat dari kalangan bawah masyarakat Indonesia yang menganggap diri mereka selalu kalah dalam menghadapi hidup, apalagi kalau menghadapi kalangan 'atas' dan 'aparat hukum'.

Kesamaan lain, keduanya mencapai titik puncak puncak dalam dunia rekaman pada dekade 70an. Begitu mewabahnya dangdut tak urung tiga group band legendaris Indonesia God Bless, Trio Bimbo dan Koes Plus 'dipaksa' produser rekaman untuk merilis album dangdut yang sebenarnya bukan genre musik mereka. Namun demikian walaupun sudah berjaya di dunia rekaman dangdut masih tetap dianggap milik orang 'bawah', jangan harap ketika itu bisa mendengar dangdut di kafe (d/h nite klub) diruangan ber-AC seperti sekarang. Dangdut masih harus berjuang 25 tahun untuk mendapatkan kejayaannya seperti sekarang ini.

Musik blues sendiri ketika itu juga sedang berada dipuncaknya setelah mewabah diakhir 60an, disamping group band beraliran blues hampir semua group band rock memiliki lagu blues di albumnya. Demikian fenomenalnya blues ketika itu sehingga bukan hanya musikus asal Amerika dan Inggris (seperti biasanya) yang mendominasi blantika musik blues. Belanda contohnya, punya Cuby+theBlizzard dan Livin' Blues yang karya-karyanya begitu mendunia, Kanada punya Buchman, Turner and Overdrive dan Indonesia punya Benyamin, walaupun tidak murni digenre blues beberapa karya blues abang satu ini cukup menarik.

Blues dan dangdut boleh dianggap bahasa universal dari kepedihan dan penderitaan milik kalangan 'the have not'...Tapi kembali superioritas kalangan 'the have' yang menggambil keuntungan terbanyak yang membuat kocek-kocek mereka tambah menggembung dari kedua musik kalangan 'the have not'...Yahhh kalah lagi.

Sunday, January 02, 2005

Serambi Duka


Serambi itu tak berjarak dengan Hati,
ditutupnya tahun dengan air mata.
Serambi itu hanya sejengkal Doa,
disambutnya tahun penuh luka,
dibalik semua duka: Tuhan punya rencana.
Semoga esok Serambi itu kembali bingar oleh
kaki-kaki mungil menari dibawah matahari dan
tawa ceria menapaki esok penuh arti,
Selamat Tahun Baru.
(ditulis oleh Nani A)

Semoga Saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatra Utara diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan yang berat... Amien.