Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Monday, March 27, 2006

Luar Biasa

Usianya masih terbilang belia, 24 tahun, tapi berbicara dengannya terasa sekali bedanya dengan gadis2 belia lainnya yang pernah saya kenal. Penggemar Descartes ini dalam kesederhanaannya tersimpan pemikiran2 yang kadang membuat saya ‘terkaget-kaget’.
Dia tahu kapan harus mengemukakan pendapatnya, kapan harus mendengar dan kapan harus bertanya. Ditambah dengan suara yang enak didengar serta tawa yang renyah bisa membuat saya lupa waktu saat berbicara dengannya.


Ketika gadis2 gaul bersiap untuk berangkat klubing ia asik melahap (pinjam istilah mas Danu) bukunya John Grisham di peraduannya, ketika mereka pulang klubing jam 4.00 pagi ia sedang bersiap-siap berangkat ketempatnya mengajar yang berjarak 2 jam dari tempat tinggalnya di Bogor dan ketika mereka sedang asik bergosip di Starbuck ia sedang berkutat mengumpulkan bahan untuk menyelesaikannya skripsinya.

Dalam gempuran budaya kapitalis barat yang demikian kerasnya saat ini, ternyata masih ada seorang gadis sederhana dengan kemauan dan perjuangan yang tidak sederhana.
Dia memang luar biasa!

Monday, March 06, 2006

Blackout

Minggu lalu akhirnya jadi juga ke Bandung setelah beberapa kali tertunda karena kesibukan kerja. Bertemu kawan2 lama bernostalgia masa2 ‘jaya’ yang tak akan kembali merupakan keasikan tersendiri buat saya.

Salah satu kawan mengenalkan saya dengan kawan pacarnya, umurnya sekitar akhir 20an, putih dengan tubuh di balut shoulderless shirt dan jeans ketat, aduhai sekali. Acara temu kangen itu kami lanjutkan ke karaoke yang kebetulan berada di hotel tempat saya menginap, karena yang lain sudah berkeluarga menjelang tengah malam hanya tinggal berempat saja. Kawan itu, pacarnya, si perempuan aduhai dan saya.

Suasana makin memanas setelah setengah botol Smirnoff saya tenggak, tanganpun semakin ramah--rajin menjamah--si aduhai, merasa tidak ada penolakan mulutpun ikut ramah, juga tanpa penolakan. Begitu asiknya suasana tanpa terasa satu botol sudah melaju ke tenggorokan. Jam 2.00 pagi acara usai saya kembali ke kamar bersama si aduhai, sudah saya bayangkan apa yang akan terjadi. Sialnya, Smirnoff sebotol itu rupanya mulai bereaksi begitu masuk ke dalam kamar saya langsung blackout, baru bangun pada jam 9.00 pagi masih dengan pakaian lengkap, sendirian.

Siangnya kawan itu bilang kalau si aduhai sangat kecewa sekali karena saya tidak menuntaskan apa yang sudah saya mulai, tapi yang paling mengejutkan adalah penjelasan bahwa si aduhai sesungguhnya adalah kakak pacarnya yang rumah tangganya sedang dalam kemelut. Saya hanya bisa melongo mendengar penjelasan itu. Kalau awalnya saya menyesal blackout karena yang diinginkan tidak terjadi, setelah tahu siapa dia sebenarnya saya bersyukur itu tidak terjadi.

Blackout membuat saya tidak memulai sesuatu yang selalu saya hindari getting laid with binor*.


*Binor = Bini orang