Lelaki Liar

Sebutan bagi seorang lelaki yang telah menjalani dunia liar sepanjang duapertiga umur. Bercinta dengan malam, bercumbu dengan kehausan, bergumul dengan kenikmatan duniawi; bak pencarian tak bertepi. Bagaimana pun, dari dunia itu pelajaran berharga enggan berhenti memperkaya diri. (ditulis oleh Sa)

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Open minded, open arms, open book

Thursday, May 26, 2005

Buka2an


Keikutsertaan Indonesia dalam Miss Universe menuai kontroversi yang lumayan seru, masing2 pihak yang pro dan kontra saling melempar argumentasinya bahkan pihak yang ekstrim sampai menggelar demo, alasannya, pengiriman Putri Indonesia itu melanggar norma2 susila bangsa, agama dan melecehkan perempuan Indonesia.

Alasan yang kontra adalah penggunaan swimsuit diacara itulah, walaupun Putri Indonesia sudah menggunakan one piece swimsuit bukan bikini yang seronok. Kalau mempertontonkan aurat itu menjadi masalah bukankah pihak2 yang kontra seharusnya berdemo juga di kolam renang, tabloid ‘lampu merah’ atau bahkan TV swasta yang menyiarkan program ‘buka2an’?

Sebaliknya pihak yang pro sebaiknya tepo-seliro untuk tidak berpesta-ria disaat bangsa ini sedang dirundung-malang, rasanya masih banyak cara mengenalkan Indonesia dan menarik wisatawan kebanding ikutan Miss Universe.

Beruntung kalau menang, sudah menuai demo…ehhh kalah pula.

Surprises


Setelah cukup lama ‘pensiun’ dari dunia malam baru-baru ini saya berkesempatan menjenguk lagi atas ajakan sahabat Sa. Tanggal 18 Mei selepas kopdar dengan rekan bloger Mpokb dan Rudy—sayangnya bung Kere berhalangan—saya, Sa dan Significant one-nya menuju Balemang kafe untuk menemui Emily salah satu bloger yang manggung disana. Sebuah surprise buat Emily kedatangan kawan jauh yang selama ini hanya di kenal melalui internet.

Selagi asik ngobrol seorang pramusaji mengantar whisky cola yang tidak kami pesan, “Minuman dari seorang kawan” bisik pramusaji sambil menyebutkan nama sipengirim yang ternyata kawan lama sesama reguler salah satu kafe dibilangan Menteng, surprise surprise. Saya segera menghampirinya dan bernostalgialah kami. Sebagai ungkapan kegembiraan ia naik panggung menyanyikan lagu kebangsaan kami, Bento, saya ikut larut dan turut berteriak-teriak, bento bento! Seperti ketika pada masa-masa ‘jaya’ dahulu.

Ketika pulang, karena lupa memasang sabuk pengaman terpaksa berurusan dengan pak Polantas…surprise surprise!

Monday, May 16, 2005

Kosong


Cukup lama saya menatap monitor ingin menulis tapi entah apa yang mau ditulis, pikiran kosong menerawang entah sudah berapa batang rokok menemani, kaleng bir pun seperti tak henti minta dibuka tapi tetap saja tidak menolong. Lalu saya memutuskan untuk ber-sms dengan kawan-kawan yang saya tahu masih bangun pada dini hari, berkomunikasi sebentar dengan mereka tapi tetap terasa kosong seperti lembar kertas microsoft yang tidak juga berisi tulisan.

Sialnya lagi matapun seperti enggan dipejamkan, ahh baca, itu mungkin bisa membantu, The Runaway Jury-nya Grisham pun ternyata hanya dibolak-balik halamannya tanpa keinginan untuk membacanya. Gendeng! Mau nulis aja kok susah bener. Saya kemudian jadi iri pada rekan-rekan bloger seperti Sa, Kere dan Mpokb
yang peka dengan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan lalu dalam sekejap menjadikannya sebuah tulisan yang menarik. Berbahagialah kawan.

Mungkinkah kita bisa bertemu tanggal 18 Mei nanti? Saya berharap sekali, darisana mungkin akan mendapat masukan tentang tulis menulis langsung dari bloger-bloger favourite saya.


Thursday, May 12, 2005

Hobby


“Hobby kamu apa sih?” pertanyaan itu hampir selalu keluar saat kita baru mengenal seseorang dan biasanya percakapan berkembang darisana, apalagi kalau kebetulan hobbynya sama. Hobby lazimnya sesuai dengan strata sosial/ekonomi seseorang, terutama hobby mahal. Diving misalnya tentu tidak bisa dilakukan orang yang berpenghasilan pas2an demikian juga golf atau otomotif. Bagi mereka yang berkantong tebal untuk memenuhi hobbynya sudah sampai pada titik money is no object.

Sebagai penikmat musik tak urung membuat saya jadi hobby mengkoleksi kaset/CD, sialnya, musik yang saya sukai tidak semua tersedia dipasaran umum sehingga dibutuhkan waktu lama untuk hunting album musik tertentu. Misalnya, album Emma Shaplin, Carmine Meo, perlu waktu 2 tahun mendapatkannya atas bantuan kawan di Australia, album Stella Bianca-nya Rick Wakeman membutuhkan waktu 5 tahun dan pemegang rekor adalah album Tabernakel-nya Jan Akkerman setelah pencarian dan penantian 15 tahun baru bisa saya nikmati, dua yang terakhir itu berkat jasa sahabat Sa di Belanda.

Tentunya tidak semua album langka itu dari luar negeri beberapa diperoleh di Jakarta/Bandung seperti album Last Tanggo-nya Esperanto saya dapatkan di pasar loak kaset/CD Cihapit Bandung dan album Colosseum ‘Live’ juga didapat di Bandung bahkan ada juga hasil barteran sesama penggemar ‘odd music’.

Buat yang berduit money is no object, buat saya time is no object…gratis.

Tuesday, May 10, 2005

Time Flies


Achirnya terlepas juga dari kesibukan yang ‘tidak jelas’ selama tiga minggu dan kembali dapat bermain-main dengan komputer kesayangan, Jensen anak kucing yang super nakal, Pepsy induknya yang manja dan Acel si putih ekor bengkok tukang makan yang super cuek.

Ketika sedang asik menekan-nekan kibor suara Sarah Brightman yang mengalunkan A Question of Honour sempat menghentikan kegiatan tekan-menekan, alunan suaranya di album The Fly itu membawa ingatan ketujuh tahun lalu. Tahun dimana semua terasa indah dan mudah, time flies saat kesenangan membalut hidup tujuh tahun pun berlalu dengan cepatnya tanpa terasa.

Dalam kesendirian didepan monitor, kaleng bir dan Sarah Brightman kembali kilasan-kilasan waktu itu sliweran di kepala cipika-cipiki kawan wanita, gelak tawa terbahak kawan pria, hingar bingar musik dan gemerlap lampu, malam ini semua itu tidak lagi ada serasa dalam sekejap semua senyap.

Well, setidaknya sekarang suara meong dan miauw...lumayan menghibur :)